Beranda Manajemen Proyek Strategi Hemat Energi Di Proyek

Strategi Hemat Energi Di Proyek

1232
0
BERBAGI
asdar.id menyediakan Member Premium Download untuk download file tanpa embel-embel iklan dan halaman, apa lagi harus menunggu timer yang begitu lama. Dengan berlangganan Member Premium Download, semua file dapat didownload dengan singkat langsung menuju ke sumbernya!, klik DISINI untuk DAFTAR atau DISINI untuk LOGIN :-) Untuk cara download file Member Free Download, bisa membaca Tutorial Download yang ada dibawah Timer (halaman Safelink) saat menekan tombol download.
Rekomendasi aplikasi hitung cepat RAB akurat dan otomatis, sangat mudah digunakan. Tinggal ganti dimensi, RAB Langsung Jadi. Jika anda seorang ahli sipil atau arsitek, rugi jika tidak punya filenya. Ada dua type Auto RAB ini yaitu RAB Otomatis & EasyRAB. Untuk RAB Otomatis silahkan klik DISINI dan Untuk EasyRAB silahkan klik DISINI untuk mendapatkan Filenya.
strategi hemat energi di proyek
strategi hemat energi di proyek

Rencana kenaikan BBM berdasarkan pengesahan UU APBNP pasal 7 ayat 6a telah memaksa kita untuk memutar otak agar penggunaan energi terutama BBM dapat dihemat. Kebetulan beberapa waktu yang lalu, penulis telah melakukan suatu kajian mengenai strategi hemat energi di proyek yang akan penulis share pada postingan kali ini. Semoga bisa menjadi referensi bagi para pembaca.

Berdasarkan survey, diketahui bahwa telah terjadi inefisiensi pada biaya energi di proyek yang cukup besar bahkan hingga lebih dari 150% terhadap rencana biayanya. Jika berandai-andai bahwa saat ini sedang mengerjakan proyek dengan nilai Rp. 100M, dan komponen biaya energi langsung adalah 2%, maka biaya energi adalah sebesar Rp. 2M. Jika terjadi inefisiensi 150%, maka cost overrun pada kelompok biaya ini adalah sebesar Rp. 1M atau menaikkan biaya proyek secara keseluruhan sebesar 1%. Ini tentu risiko yang cukup besar bagi pelaksanaan proyek yang harus diatasi.

Kondisi di atas jika dilihat secara korporat pada perusahaan jasa konstruksi BUMN dengan nilai produksi sebesar 6-10 Triliun (rata-rata 8 Triliun) dan asumsi porsi biaya energi yang langsung adalah 1,5% serta terjadi inefisiensi rata2 sebesar 125%, maka terjadi kerugian biaya sebesar 1,5% x Rp. 8T x 25% = Rp. 30M. Angka ini kurang lebih 10% laba bersih. Kondisi inefisiensi yang cukup besar dan terasa mempengaruhi dalam pencapaian laba bersih.

Salah satu inefisiensi biaya energi tersebut disebabkan oleh keterlambatan proyek yang dapat mencapai 30 – 40 % secara rata2 terhadap durasi awal. Ini adalah faktor utama inefisiensi biaya energi di proyek. Umumnya keterlambatan proyek disebabkan oleh faktor seperti tabel di bawah ini:

Faktor inefisiensi yang lain adalah pada penggunaan genset yang tidak efisien. Genset sering digunakan pada posisi stand by atau pada load yang rendah. Padahal walaupun dalam posisi stand by, genset tetap saja haus meminum BBM. Tidak percaya? Lihat saja grafik di bawah ini:

Faktor penting lainnya yang menyebabkan inefisiensi adalah budaya/attitute kerja yang tidak ramah energi. Contohnya adalah lembur yang terlalu sering, penerangan lapangan yang berlebihan, lupa mematikan listrik jika tidak diperlukan, dan lain-lain.

Penjelasan di atas menjadi pertimbangan dalam merumuskan serangkaian strategi dalam menghemat biaya energi pelaksanaan proyek. Strategi hemat energi secara keseluruhan terbagi dua kelompok besar yaitu strategi mengatasi inefisiensi yang sering terjadi dan strategi yang fokus pada efisiensi energi itu sendiri.

Berikut 7 strategi penghematan biaya energi yang disampaikan secara singkat namun mudah-mudahan cukup jelas.

1. Percepatan proyek.

Langkah ini terutama pada proyek yang durasinya dianggap melebihi durasi optimum. Durasi optimum adalah durasi proyek dimana biaya total adalah minimum. Lihat gambar di bawah ini:

Percepatan proyek akan membuat biaya energi akan turun secara linear terhadap besaran percepatan yang dilakukan. Adapun langkah-langkah percepatan proyek telah dibahas pada tulisan “Strategi Percepatan Waktu Pelaksanaan pada Proyek Konstruksi“. Bagi proyek yang sudah dianggap optimum, maka langkahnya adalah menjaga proyek tetap on the track dan selalu waspada terhadap ancaman keterlambatan seperti yang ditunjukkan pada tabel di atas. Langkah ini diharapkan akan mampu menghemat biaya energi sebesar 10-15%.

2. Melakukan optimasi penggunaan alat berat dan ringan.

Langkah ini berdasarkan pendapat umum bahwa tidak ada perencanaan yang sempurna. Sehingga akan memunculkan peluang untuk dilakukan optimasi. Langkah ini dimulai dengan melakukan pengecekan antara kapasitas dan durasi penggunaan alat terhadap kebutuhan aktual. Grafik berikut menggambarkan hasil optimasi penggunaan alat yang pernah dilakukan di proyek.

Besarnya efisiensi energi adalah area antara garis kebutuhan energi alat rencana dan hasil optimasi. Pada proses optimasi, dapat pula dilakukan langkah perubahan metode yang dapat menghemat biaya energi. Langkah ini diharapkan mampu menghemat biaya energi sebesar 5-17,5%.

3. Optimasi procurement genset.

Ini adalah langkah penting dimana jarang sekali diketahui bahwa genset sebagai sumber energi utama di proyek seringkali memiliki tingkat fuel consumption yang relatif lebih tinggi dari yang diperkirakan. Umumnya pelaku proyek memilih genset yang harga sewanya murah tanpa peduli aktual fuel consumption. Padahal biaya BBM dan Oli adalah 3 kali lebih besar dari biaya sewa. Sehingga parameter fuel consumption bisa dikatakan sensitif terhadap biaya energi. Langkah ini bisa menghemat biaya energi sebesar 6-10%. Secara konkrit, langkah ini dapat diwujudkan dalam suatu kontrak sewa yang mensyaratkan tingkat fuel consumption yang disepakati dan sangsi apabila genset yang ditawarkan tidak sesuai dengan yang diperjanjikan. Langkah ini pada dasarnya mengikuti langkah PLN dalam melakukan sewa genset.

4. Pengendalian tingkat load penggunaan genset.

Langkah ini terutama adalah upaya penggunaan genset dengan load yang tinggi dan tidak menggunakan genset jika sedang stand by atau load yang rendah. Pada grafik hubungan antara fuel consumption dan load penggunaan genset, terlihat bahwa pada posisi stand by genset tetap meminum BBM sekitar 13-15% terhadap fuel consumption dalam kondisi load 100%. Data tersebut harus disikapi dengan melakukan segala upaya sedemikian penggunaan genset berada pada tingkat load yang setinggi mungkin. Koordinasi antara peralatan dan operasional tentu sangat penting dalam merencanakan penggunaan genset dengan load setinggi mungkin. Biasanya dapat dilakukan dengan peningkatan produktifitas lapangan secara bersamaan. Langkah ini dapat menghemat BBM sebesar 5-15%.

5. Antisipasi penipuan pembelian BBM.

Dengan kondisi ketidakpastian kenaikan harga BBM, jelas akan menimbulkan gejolak harga yang berbuntut pada praktik penimbunan BBM hingga penipuan pembelian BBM. Untuk itu, perlu diantisipasi adanya penipuan dengan cara penggunaan alat ukur sederhana (drum) saat membeli BBM. Jangan pernah percaya pada tangki BBM yang dicurigai telah disekat. Bukankah selama ini anda selalu melakukan pengecekan mobil tangki BBM yang datang selalu dalam kondisi penuh dan kembali dalam kondisi kosong? Penipuan BBM bermodus ini bahkan sering vulgar pada angka 25-30%. Waspadalah!

6. Penggunaan alat/bahan penghemat BBM.

Saat ini telah tersedia teknologi yang dapat meningkatkan efisiensi bahan bakar. Pada penelusuran di internet, didapat dua cara menghemat BBM dengan cara menaikkan kesempurnaan pembakaran BBM, yaitu dengan alat dan dengan bahan. Salah satu alat yang penulis anggap cukup meyakinkan berdasarkan data-data yang ada adalah Xpower (bukan iklan…sekedar info). Alat ini bekerja dengan menghasilkan dampak VORTEX yang menyempurnakan pembakaran BBM. Efisiensi yang didapat berkisar 10-25%. Berikut foto alat tersebut:

7. Sistem pengendalian biaya energi.

Dengan tingginya kandungan biaya energi dalam pelaksanaan proyek, maka sudah diperlukan sistem pengendalian biaya yang lebih baik dari sebelumnya. Sistem ini haruslah tidak menambah kerumitan, tapi harus diupayakan tetap efektif. Bagaimanapun, untuk mendapatkan suatu gain perlu usaha. Sehingga sistem ini mestinya disepakati oleh anggota tim proyek yang terlibat. Adanya pemberian insentif atas keberhasilan penghematan yang terjadi akan menguatkan keberhasilan atas sistem pengendalian biaya energi tersebut.

Sumber referensi: manajemenproyekindonesia.com

Sekian postingan kali ini, semoga bisa bermanfaat untuk kita semua dalam dunia proyek. Jangan lupa share artikel ini ke sosial media agar yang lain bisa membacanya. Untuk mengikuti perbaruan konten situs ini, silahkan berlangganan melalui notifikasi yang muncul saat mengakses situs ini. Sekian dan terima kasih.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama anda disini